1. Letak Laboratorium
a. Laboratorium tidak terletak di arah angin
b. Letak laboratorium mempunyai jarak cukup jauh dari sumber air
c. Laboratorium harus mempunyai saluran pembuangan sendiri
d. Letak laboratorium mempunyai jarak yang cukup jauh terhadap bangunan lain
e. Letak laboratorium pada bagian bagian yang mudah dikontrol dalam kompleks sekolah
2. Luas Laboratorium
Sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/madrasah Pendidikan Umum, pengertian ruang laboratorium adalah adalah ruang untuk pembelajaran secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.
Pengaturan ruang dalam laboratorium meliputi :
a. Ruang untuk kegiatan belajar-mengajar
b. Ruang persiapan
c. Ruang gudang
d. Ruang gelap
e. Ruang timbang
f. Ruang kaca
g. Pintu, jendela, dan lantai
3. Peralatan Laboratorium
a. Meja
- Meja kerja untuk siswa
- Meja kerja untuk guru
- Meja demontrasi
- Meja dinding
b. Lemari
- Lemari untuk menyimpan
- Lemari gantung
- Lemari bawah meja
- Lemari asap
c. Bak cuci
d. Listrik
e. Gas
f. Papan tulis
4. Tata Ruang Laboratorium
Untuk mengatur tata ruang ditentukan hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis laboratorium
- Laboratorium Biologi
- Laboratorium Fisika
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium General Science (IPA)
b. Penggunaan laboratorium
- Untuk kegiatan siswa secara individual
- Untuk kegiatan siswa secara kelompok
- Untuk kegiatan diskusi
- Untuk kegiatan demontrasi/pengajaran
Arsyad Riyadi November 04, 2016 New Google SEO Bandung, Indonesia
Penilaian Kinerja Guru dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu penilaian kinerja guru juga berdampak pada pembinaan karir, peningkatan kompetensi serta pada pemberian tunjangan profesi.
Berdasarkan Permendiknas No. 26 tahun 2008, disebutkan bahwa kepala laboratorium memiliki pendidikan minimal sarjan (S1) yang telah berpengalaman minimal 3 tahun dalam mengelola praktikum. Di samping itu, kepala laboratorium juga harus memiliki sertifikat sebagai kepala laboratorium dari perguruan tinggi maupun lembaga lain yang ditetapkan pemerintah.
Penilaian Kinerja Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium (dan juga kepala bengkel) terdiri dari 7 komponen dengan 46 kriteria kinerja dan 184 indikator/bukti sesuai dengan tugas sebagai kepala laboratorium/bengkel.
Fungsi Utama Penilaian Kinerja Guru
Penilaian Kinerja guru ini memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
1. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
2. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukan pada tahun tersebut.
Aspek Penilaian Kinerja
Aspek yang dinilai pada Penilaian Kinerja Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium/bengkel meliputi :
1. Komponen Kepribadian
2. Kompionen Sosial
3. Komponen Pengorganisasian Guru, Laboran/Teknisi
4. Komponen Pengelolaan Program dan Administrasi
5. Komponen Pengelolaan, Pemantauan dan Evaluasi
6. Komponen Pengembangan dan Inovasi
7. Komponen Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Jenis Penilaian Kinerja
Penilaian yang dilakukan dalam penilaian kinerja guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium/bengkel meliputi evaluasi diri, formatif dan sumatif.
Evaluasi diri dilakukan pada awal tahun pelajaran. Evaluasi diri ini digunakan untuk memetakan kompetensi serta penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Pada akhir tahun pelajaran, dilakukan penilaian sumatif yang merupakan penilaian kinerja guru tersebut. Hasil penilaian sumatif ini, akan dijadikan acuan untuk memetakan kembali program PKB di tahun berikutnya. Jika pada akhir tahun ajaran (sumatif), akumulai nilai yang diperlukan untuk kenaikan pangkat sudah tercapai, maka guru tersebut dapat mengajukan usulan kenaikan pangkatnya.
Sumber : Pedoman Penilaian Kinerja Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah, 2012.
Untuk Pedoman Penilaian Kinerja Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel bisa download di sini.
Arsyad Riyadi Maret 07, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Keselamatan kerja di laboratorium harus diperhatikan oleh pengelola, dalam hal kepala laboratorium, laboran, teknisi, guru pengampu maupun siswa sebagai pengguna utama laboratorium.
Semua yang terlibat dalam pemanfaatan laboratorium harus memahami sumber-sumber bahaya yang mengancam keamanan dan keselamatan selama mereka bekerja di sana, Selain itu, memahami cara pencegahan terhadap faktor-faktor yang mengancam keamanan dan keselamatan kerja mereka juga harus dipahami dengan baik.
Berikut adalah sumber bahaya dan cara pencegahan agar keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium terjamin dengan baik.
1. Pengaturan Alat
- Alat-alat yang tidak akan segera dipakai supaya disimpian di gudang atau dalam lemari
- Bahan yang mudah terbakar atau berbahaya jangan diletakkan di dekat jalan ke luar.
- Botol-botol yang berisi bahan kimia tidak disimpan pada tempat yang terkena cahaya matahari
- Membawa botol-botol besar yang berisi bahan kimia jangan pada leher botolnya
- Jika ada gelas/botol yang pecah, segera dibersihkan. Bisa menggunakan plastisin (jangan pakai tangan).
- Gunakan pipet untuk mengambil atau memindahkan zat cair dengan jumlah tepat.
- Jika memasukkan pipa kaca ke dalam lubang sumbat karet lakukan sesuai dengan caranya, yaitu basahi pipa kaca dengan air, pegang pipa dengan beralaskan kain dan masukkan pipa sedikit-sedikit sambil di putar.
- Segera bersihkan larutan/zat cair yang tumpah di lantai/meja. Sebelum dibersihkan , asam-asam pekat dinetralkan lebih dulu dengan serbuk natrium karbonat kemudian disiram dengan banyak air. Sebelum larutan pekat akan dibuang dalam bak cuci, lebih dahulu harus diencerkan dengan banyak air, kemudian disiram lagi dengan air.
- Jangan mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke arah orang lain.
- Jangan melihat zat yang sedang dicampurkan atau dipanasi melalui mulut tabung reaksi mulut labu. Lihatlah campuran zat itu yang melalui dinding tabung.
- Jika akan membau zat ayau gas yang leluar dari tabung rekasi atau botol jangan langsung pada mulutnya. Kibas-kibaskan tangan di atas mulut tabung atau botol
Berikut ini adalah daftar zat-zat beracun :
Gas : Karbon monoksida (CO), Hidrogen sulfida (H2S), Nitrogen dioksida (NO2), Dinitrogen tetra oksida (N2O), Karbon disulfida (CS2), Klor (Cl2), Uap Brom, Uap raksa
Senyawa : Berilium, Raksa, Kadmium, Timbal, Antimon, Arsen, Barium, Sianida, Nitrobenzena, Benzena, Hidrogen fluorida, dan Karbon tetraklorida.
- Usahakan untuk kemasukan zat-zat beracun (melalui hidung, mulut, dan kulit) dengan cara tidak menghirup, cuci tangan sebelum makan, dan menutup luka ketika bekerja di laboratorium.
- Pada waktu menggunakan kasa asbes untuk memanasi suatu zat, usahakan debunya tidak terhirup masuk ke dalam tubuh.
- Bahan-bahan berikut berbahaya, karena kuatnya reaksi kimia yang dihasilkan.
1) Asam kuat dan basa kuat
2) Zat oksidator dengan serbuk logam atau dengan zat reduktor
3) Logam alkali, alkali tanah dengan air, asam dan pelarut menggunakan klor
4) Hibrida logam hidrokarbon dengan halogen, Asam kromat atau dengan Natrium peroksida
5) Asam nitrat dan alkohol
4. Listrik
- Putuskan arus listrik sebelum memperbaiki atau menyambung kabel.
- Putuskan segera sumber arus jika ada yang terkena kejutan listrik baru menolong orang yang terkena.
- Jangan memegang kabel atau kontak listrik dengan tangan basah.
- Jangan biarkan kabel-kabel bergantungan atau berserakan di lantai. Kawat pada ujung kabel harus terikat erat dengan terminalnya.
- Pada penggunaan kapasitor, buang dulu muatannya dengan cara membuat arus pendek setelah selesai digunakan.
- Periksa semua alat baru sebelum digunakan.
5. Silinder (tabung) gas
- Letakkan silinder gas dalam keadaan berdiri (vertikal) dan diikat pada alasnya, atau ditidurkan dengan diberi ganjal agar tidak tergulir.
- Kembalikan klep silinder yang bocor pada agen/penjualnya.
- Pasanglah regulator pada klepnya untuk mengatur tekanan gas keluar dari silinder.
- Selalu periksa saluran gas karena beresiko tinggi keracunan dan kebakaran ketika bocor.
- Tandai masing-masing silinder dengan berbagai isi yang berbeda (elpiji, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Karbon dioksida, Klor,dan Astilen).
6. Hewan Percobaan
- Hati-hati dengan hewan percobaan karena bisa menyebabkan infeksi (salmonellosis, cacing gelang, dll). Infeksi bisa lewat gigitan, cakaran, atau dari pisau bedah yang digunakan.
- Bawalah hewan percobaan yang sehat.
- Hati-hati dengan bulu atau debu kulit hewan yang bisa menyebabkan orang alergi.
7. Mikroorganisme
- Pembenihan kultur organisme harus dilakukan dengan teknik yang benar, karena dimungkinkan terkontaminasi organisme patogen.
- Sterilkan alat-alat yang akan digunakan atau dibungkus dulu dengan kertas saring yang telah ditetesi formalin secukupnya.
- Sebelum kultur dibuang, musnahkan terlebih dahulu dalam otoklaf atau dengan disinfektan.
8. Api
- Perlakukan api dengan hati-hati. Api dan benda panas lainnya, selain menyebabkan bahaya kebakaran juga menyebabkan luka bakar.
- Jauhkan zat yang mudah terbakar (etil, alkohol, metanol, aseton, asetalhida, benzena, eter, petroleum eter, dan karbondioksida) dari sumber bahaya kebakaran (pembakar spritus, pembakar bensi, percikan listrik, benda panas, dan zat pengoksidan).
- Simpanlah zat yang mudah terbakar tidak melebihi 500 ml.
- Jangan membuang benda panas, benda terbakar, atau bahan kimia yang sangat reaktif di tempat sampah.
- Jangan memanasi zat cair yang mudah menguap dan mudah terbakar dengan api telanjang, panaskan dengan pemanas air. Awasi terus-menerus percobaan yang menggunakan sumber panas.
- Setelah selesai percobaaan, pastikan untuk mematikan semua api, menutup kran gas dan air, mencabut kontak listrik dan memadamkan lampu.
Dalam pengenalan mengenai peralatan laboratoriun maupun bahan yang praktikum, dibahas :
- Nama alat/bahan
- Bagian-bagian alat
- Kelengkapan alat
- Spesifikasi alat/bahan
- Batas kemampuan alat
- Kegunaan alat/bahan
1. Daftar alat/bahan praktik fisika
No | Kode Alat | Nama | Keterangan |
1 | KAL.41.00 | Meter Dasar | Dilengkapi dengan shunt dan multiplier, digunakan sebagai galvanometer, ammeter atau voltmeter. |
2 | KAL.45 | Multitester | Alat ukur serba guna |
3 | KAL.60 | Catu Daya | Untuk menghasilkan arus litrik dengan tegangan rendah, AC atau DC |
4 | KAL.67/04 | Pemegang Baterai | Untuk baterai ukuran UMI |
5 | KAL.69/04 | Pemegang Bola Lampu | Untuk lampu Mes E10 |
6 | KAL.70/025 | Bola Lampu Mes. E10; 2,5 V - 0,3 A | |
7 | KAL.70/035 | Bola Lampu Mes. E10; 3,5 V - 0,3 A | |
8 | KAL.700/065 | Bola Lampu Mes. E10; 6,3 V - 0,2 A | |
9 | KAL.79/010 | Jepit buaya | Sebagai penghubung terminal |
10 | KAL.85/100 | Kabel kawat, hitam | |
11 | KAL.85/020 | Kabel kawat, merah | |
12 | KAL.88/250 | Kawat konstanta | Digunakan sebagai hambatan atau termokopel |
13 | KAL.90/250 | Kawat nikrom | Digunakan sebagai hambatan atau elemen pemanas |
14 | KAL.92/100 | Kawat Sekering | Untuk pembatas arus |
15 | KAL.94/500 | Kawat tembaga | Untuk membuat kumparan |
16 | KAL.96 | Saklar tipe pisau | Untuk menyambung dan memutuskan arus |
17 | KAL.98/010 | Steker tumpuk, hitam | |
18 | KAL.98/020 | Steker tumpuk, merah | |
19 | KAL.99/010 | Kabel dengan steker tumpuk, hitam | |
20 | KAL.99/020 | Kabel dengan steker tumpuk, merah | |
21 | KEK.15 | Elektrode | Pelat Cu dan Zn. Untuk eksperimen elektrolisis atau elemen Volta |
22 | KHD.21 | Hidrometer, 0,70 - 1,00x0,01 | Untuk mengukur massa jenis zat cair |
23 | KHD.22 | Hidrometer, 0,70 - 1,50x0,01 | Untuk mengukur massa jenis zat cair |
24 | KKA.55 | Kaki tiga | Sebagai penyangga untuk memanasi cawan arau labu |
25 | KKA.64/100 | Kasa | Dari baja anti karat, sebagai alas untuk memanaskan cawan atau labu |
26 | KKW.71 | Stopwatch | Untuk mengukur waktu |
27 | KMD.50 | Model molekul | Untuk menunjukkan ikatan-ikatan dalam molekul |
28 | KMS.15 | Mistar, panjang 1 m lebar 25 mm | |
29 | KNE.23 | Neraca, beban geser 311 g | |
30 | KCP.40 | Pemotong pipa kaca | Berbentuk pisau |
31 | KPK.87 | Penjepit G | Untuk menjepit benda pada papan |
32 | KPL.16/500 | Plastisin | Lilin mainan |
33 | KPP.24/005 | Pipa plastik, diameter 5 mm | |
34 | KPP.24/008 | Pipa plastik, diameter 8 mm | |
35 | KPP.75/010 | Pipet ukur | Untuk memindahkan atau mengambil zat cair dalam jumlah yang dapat diukur |
36 | KSL.32/050 | Silinder ukur plastik, 50 x 1 m3 | |
37 | KSL.32/100 | Silinder ukur plastik, 100 x 1 m3 | |
38 | KSL.40/010 | Silinder ukur kaca, 10 x 0,2 m3 | |
39 | KSL.40/025 | Silinder ukur kaca, 25x 0,5 m3 | |
40 | KSL.40/1000 | Silinder ukur kaca, 1000 x 10 m3 | |
41 | KTE.14 | Termometer tak berskala | Untuk eksperimen membuat termometer |
42 | KTE.40 | Termometer air raksa | |
43 | KTE.58 | Termometer badan | Untuk mengukur suhu badan |
44 | KTE.70 | Termometer dinding, isi alkohol | |
45 | KTE.76 | Termometer maks dan min | Untuk mengetahui suhu maksimum dan minimum pada suatu periode |
46 | FME.27.00 | Beban bercelah pada penggantung, set | Untuk eksperimen gaya |
47 | FME.27.01/001 | Beban bercelah cadangan FME.27.00; 50 g | |
48 | FME.27.02/050 | Beban 50 g | |
49 | FME.27.04/010 | Beban 20 g | |
50 | FME.31.00 | Beban 10 g | |
51 | FME.31.10/001 | Beban bercelah besi, set, penggantung 1 kg, dan beban 5 x 1 kg | |
52 | FME.31.02/002 | Beban | |
53 | FME.37 | Katrol satu roda | Untuk percobaan pesawat sederhana |
54 | FME.40 | Katrol dua roda | Untuk percobaan pesawat sederhana |
55 | FME.43 | Katrol meja berpenjepit | Untuk percobaan gaya dan gerak berubah beraturan |
56 | FME.50.00 | Kit tuas, set dilengkapi dengan pelat bujur sangkar logam | |
57 | FME.50.01/005 | Pelat bujur sangkar logam, pelengkap FME.50.00 | |
58 | FME.60 | Kereta dinamika | Untuk percobaan gaya, gerak, dan momentum |
59 | FME.66 | Pengetik waktu | Untuk mencatat waktu dan jarak tempuh benda |
60 | FME.69 | Pita kertas, kelengkapan FME.66 | |
61 | FSP.18 | Kubus material, 5 buah (alumunium, tembaga, kuningan, besi, plastik/kayu) | |
62 | FSP.26/005 | Dinamometer, 0 - 5x0,1 N | |
63 | FSP.26/010 | Dinamometer, 0 - 10x0,1 N | |
64 | FSP.26/100 | Dinamometer, 0 - 100x5 N | |
65 | FSC.13 | Penyelam kartesian | Untuk memperlihatkan pemindahan tekanan oleh zat cair |
66 | FSC.16.00 | Pesawat Hartl | Untuk menunjukkan tekanan zat cair pada kedalaman yang berbeda |
67 | FSC.35 | Pompa isap | Untuk memperlihatkan cara kerja pompa isap |
68 | FSC.38 | Pompa tekan | Untuk memperlihatkan cara kerja pompa tekan |
69 | FSG.12 | Barometer aneroid | Untuk menunjukkan tekanan udara |
70 | FSG.20 | Alat hukum Boyle | Untuk menunjukkan hubungan antara volume dan tekanan gas pada tempat tertutup |
71 | FSG.26 | Manometer terbuka | Untuk mengukur tekanan gas dalam ruang tertutup |
72 | FGE.16.00 | Sonometer | Untuk menunjukkan ketergantungan tinggi bunyi oada bahan, panjang, tebal dan tegangan senar |
73 | FGE.21 | Garputala | Digunakan dalam eksperimen bunyi |
74 | FGE.22 | Garputala, terpasang pada kotak suara | Untuk menujukkan layangan bunyi |
75 | FGE.35 | Slinki | Untuk menunjukkan berbagai jenis gelombang |
76 | FPT.13.00 | Bangku optik | Untuk percobaan optik |
77 | FPT.19.00 | Kotak cahaya, set | Untuk eksperimen mengenai pemantulan, pembiasan, dan pencampuran warna |
78 | FPT.19.01/012 | Bola lampu, 12 V -24W filamen vertikal untuk FPT.19.00 | |
79 | FPT.30 | Cermin datar | Untuk membuktikan hukum pemantulan cahaya |
80 | FPT.33/015 | Cermin cekung, f = 150 mm | |
81 | FPT.33/030 | Cermin cekung, f = 300 mm | |
82 | FPT.36/015 | Cermin cembung, f = 150 | |
83 | FPT.40 | Balok kaca | Untuk eksperimen pembiasan cahaya |
84 | FPT.50 | Prisma siku-siku (900x450x450) | Untuk eksperimen pembiasan cahaya |
85 | FPT.55 | Prima sama sisi | Untuk eksperimen pembiasan cahaya |
86 | FPT.60/50 | Lensa bikonveks, f = 50 mm, diameter 50 mm | |
87 | FPT.60/150 | Lensa bikonveks, f = 50 mm, diameter 50 mm | |
88 | FPT.60/500 | Lensa bikonveks, f = 50 mm, diameter 50 mm | |
89 | FPT.70/100 | Lensa bikonveks, f = 50 mm, diameter 50 mm | |
90 | FPT.80/100 | Lensa bikonveks, f = 50 mm, diameter 50 mm | |
91 | FCA.15 | Sel matahari | Untuk menunjukkan pengaruh cahaya/matahari yang dapat menghasilkan arus listrik |
92 | FCA.18 | Spektroskop | Untuk mengamati spektrum |
93 | FCA.48.00 | Cakram warna | Untuk menunjukkan perpaduan tujuh warna menjadi warna putih |
94 | FPA.15 | Alat konduksi kalor | Untuk eksperimen perambatan panas |
95 | FPA.21 | Alat konveksi dalam zat cair | Untuk menunjukkan aliran panas pada zat cair |
96 | FPA.34.00 | Alat muai zat cair | Untuk menunjukkan pengaruh kalor terhadap volum zat cair |
97 | FPA.34.01/003 | Bola kaca, cadangan FPA.34.00 | |
98 | FPA.38.00 | Alat muai panjang | Untuk menunjukkan pengaruh kalor terhadap panjang logam |
99 | FPA.38.01/003 | Batang logam, cadangan untuk FPA.38.00 | |
100 | FPA.45 | Bimetal | Untuk menunjukkan perbedaan pemuaian dua macam logam |
101 | FPA.70 | Mesin uap | Untuk menunjukkan prinsip kerja mesin uap |
102 | FLS.31/010 | Hambatan geser/Rheostat, 2 - 10 ohm, 4 A | |
103 | FLS.31/0102 | Hambatan geser/Rheostat, 10 - 100 ohm, 2 A | |
104 | FLS.49/050 | Hambatan tetap, 50 ohm | |
105 | FLS.49/100 | Hambatan tetap, 100 ohm | |
106 | FMA.21 | Magnet batang, berpasangan | |
107 | FMA.35 | Magnet bentuk U, alnico | |
108 | FMA.45 | Botol penabur lada | Untuk menaburkan serbuk besi dalam percobaan melihat garis gaya magnet |
109 | FMA.48 | Kompas pemetaan | Untuk pemetaan garis-garis magnet |
110 | FMA.58 | Kompas magnetik | Untuk mengetahui arah mata angin |
111 | FEM.15 | Bel listrik | Untuk menunjukkan prinsip kerja bel listrik |
112 | FEM.35 | Kumparan Faraday | Untuk eksperimen elektromagnet |
113 | FEM.40 | Motor listrik | Untuk menunjukkan prinsip kerja motor listrik |
114 | FEM.48/020 | Kumparan kawat tembaga, lilitan 300 | |
115 | FEM.48/050 | Kumparan kawat tembaga, lilitan 1200 | |
116 | FAL.40 | Osilator audio | Untuk memperlihatkan perubahan frekuensi yang diterima oleh pengamat apabila sumber bunyi mendekat atau menjauh |
117 | VSF.16 | Slaid, spektrum, 35 mm | Untuk memperlihatkan spektrum emisi yang kontinyu dan garis dan spektrum absorpsi |
118 | VSF.18 | Slaid, struktur atom, 35 mm | Untuk memperlihatkan contoh model-model struktur atom |
119 | FME.51.00 | Kit mekanika | Untuk eksperimen mekanika |
120 | FPA.12.00 | Kit Panas | Untuk eksperimen panas |
121 | FSP.11.00 | Kit Hidrostatika | Untuk eksperimen hidrostatika |
122 | FPT.16.00 | Kit Optika | Untuk eksperimen optika |
123 | FLS.20.00 | Kit Listrik | Untuk eksperimen listrik |
124 | KPK.61 | Perkakas elektronik, set | Untuk pemeliharaan alat elektronik |
125 | KPK.78 | Obeng tukang arloji ( 5 obeng) | |
126 | KPK.92 | Pemotong kaca | Untuk memotong lembaran kaca |
127 | KPK.94 | Pisau pemotong | |
128 | KPK.97 | Timah Solder |
|
Permasalahan-permasalahan tersebut secara ringkas bisa dilihat dalam skema berikut.
Sekarang mari kita bahas satu persatu ke-5 faktor di atas, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya pengelola laboratorium, yang terdiri dari kepala laboratorium, teknisi, dan laboran. Tugas dan wewenang ketiganya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 26 Tahun 2008, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dan .Pedoman PK Guru dengan Tugas Tambahan Kepala Laboratorium/Bengkel Sekolah/Madrasah.
Di lapangan, banyak terjadi kepala laboratorium masih melakukan banyak tugas lain. Padahal untuk kepala laboratorium sendiri sudah dihargai 12 jam. Berdasarkan pengalaman, kalau dihitung 12 jam tersebut tidaklah cukup. Apalagi untuk menyiapkan perangkat-perangkat laboratorium yang sebelumnya belum ada.
Demikian juga, jika tenaga laboran atau teknisi sekedar diambilkan dari staff TU, misalnya. Seringnya akan terjadi bentrok tugas di antara sebagai laboran atau teknisi dengan sebagai staff TU.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana
Adanya bantuan berupa gedung laboratorium maupun peralatannya bukan berarti tidak ada masalah yang timbul. Misalnya, jika kondisi gedungnya jauh dari pusat sekolah akan rawan pencurian.
Demikian juga bantuan alat dan bahan yang yang biasanya terbatas jumlahnya harus dicari pemecahannya.
3. Lemahnya Administrasi
Masalah administrasi terkait langsung dengan ketersediaan tenaga administrasi di laboratorium, khususnya kepala laboratorium. Dengan pengangkatan kepala laboratorium yang dihargai setara dengan 12 jam mengajar, diharapkan administrasi laboratorium dapat disusun dengan rapi dan lengkap. Tetapi sayangnya, referensi mengenai perangkat laboratorium yang sesuai tuntutan PK Guru dengan tugas tambahan kepala laboratorium sangatlah terbatas. Yang banyak ditemukan, ya perangkat standarnya saja.
4. Lemahnya dukungan sekolah
Seringkali laboratorium dijadikan alternatif ruang pertemuan bagi sekolah. Ketimbang membongkar pembatas kelas atau menggunakan sebuah kelas, lebih mudah menggunakan ruang laboratorium yang relatif luas. Demikian juga, ketika laboratorium, masih dianggap sebelah mata oleh sekolah, maka alokasi dana yang ke arah pengembangan laboratorium sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada.
5. Perkembangan ICT
Perkembangan ICT sangat pesat. Hal ini bisa ditandai dengan merebaknya konten-konten multimedia yang begitu menarik, baik melalui internet, iklan, surat kabar, majalah, bahkan iklan-iklan di pinggir jalan.
Dengan begitu banyaknya konten seperti itu, perlu dipertanyakan kembali apakah sumber belajar (buku, lks) masih relevan pada saat sekarang. Dipungkiri atau tidak, sebagai guru atau pemerhati pendidikan seharusnya bukan sekedar melarang siswanya mengakses konten-konten “sampah”, terutama melalui internet. Tetapi, mari bersama-sama membuat konten-konten “tandingan” yang akan membuat siswa lebih tertarik pada konten yang kita buat. Konten tersebut bisa dalam bentuk presentasi pembelajaran, multimedia pembelajaran, e-book interaktif, game edukasi dan lain-lain.
Kembali ke fungsi laboratorium sebagai pusat pembelajaran IPA khususnya, perlu dipertimbangkan kembali untuk mewujudkan laboratorium yang berbasis teknologi informasi. Selain untuk menghadapi tantangan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, juga banyaknya sumber-sumber daya di internet yang dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan maupun riset.
Bagaimana solusinya? Tunggu postingan berikutnya.
Luar biasa mata ini. Waktu menunjukkan jam 03.08 dini hari.
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia
Apa yang harus didapatkan oleh peserta didik, bukan hanya mencapai kompetensi pengetahuan semata, tetapi juga ketrampilan dan sikap. Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut, laboratorium menjadi alternatif yang sangat baik.
Di masa mendatang laboratorim impian saya, adalah bisa menjadi laoratorium yang mampu memberikan berbagai pelayanan, yaitu :
1. Kegiatan praktikum bagi seluruh siswa
2. Kegiatan penelitian bagi siswa
3. Kegiatan penelitian di luar siswa (alumni, siswa sma, mahasiswa, umum)
4. Melayani riset berbasis lab, perpustakaan, maupun internet
Berikut adalah rencana/roadmad yang telah dibuat :
Road Map Pengembangan Laboratorium IPA |
Sebagai gambaran awal, pada saat mendatang laboratorium IPA, memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Ruang AC yang dilengkapi LCD, Soundsytem dan tata cahaya yang baik
2. Adanya komputer/laptop/tablet yang terhubung ke internet
3. Referensi yang lengkap, terkait dengan sains, riset, perkembangan teknologi dalam buku cetak maupun dalam bentuk digital (animasi, simulasi, video, game edukasi dan lain-lain)
4. Majalah dinding (mading) baik dalam model klasik maupun digital.
5. Pengembangan Blog/Website/Portal Berbasis Sains
Terakhir, terkait dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, laboratorium IPA juga mampu menyediakan sumber-sumber bahan ajar dalam bentuk digital :
Sumber : Laporan OJL Penulis Arsyad Riyadi Januari 21, 2015 New Google SEO Bandung, Indonesia